Dalam tim pengembang Produk Digital, seringkali terjadi hubungan rumit antara developer dengan Product Manager. Selayaknya couple serasi yang sering bertengkar, sangat lumrah bagi developer dan product manager untuk memiliki beda pandangan. Ini adalah hubungan kemitraan yang muncul dari prioritas, keahlian, dan perspektif yang kontras. Masing-masing berkontribusi secara unik dalam perjalanan menyusun solusi digital yang berhasil. Artikel ini mendalami dinamika yang menarik ini dan mengungkap bagaimana mesranya pertengkaran antara developer dan product manager.
Startup Duel: CTO vs CPO
Pada tahap awal sebuah startup, perselisihan menarik antara Chief Technology Officer (CTO) dan Chief Product Officer (CPO) sering menjadi pusat perhatian. CTO, umumnya terlalu keasyikan dengan kemungkinan teknologi. Selalu mengedepankan tekonologi mutakhir yang digadang-gadang akan bermanfaat bagi manusia. Di lain sisi, CPO tanpa henti mengadvokasi kebutuhan dan keinginan pengguna, selalu mengutamakan riset kebutuhan dan menyesuaikan dengan teknologi yang ada saat ini. Meskipun memiliki pandangan dan keahlian yang berbeda, namun sinergi yang dihasilkan dapat menjadi kunci keberhasilan dalam mengembangkan produk digital yang luar biasa.
Tak jarang juga CTO dan CPO berbeda pandangan soal keterbatasan produk yang akan dibangun. CTO dalam satu sisi mengatakan bahwa produk secanggih yang menjadi impian user tidak bisa diimplementasi dalam waktu singkat, dan tentunya pembangunan produk impian user akan menghambat jadwal peluncuran. Sedangkan CPO berargumen bahwa fitur-fitur canggih yang telah dibangun oleh para developer tidak bisa diadaptasi user dengan baik, dan fitur-fitur semacam ini perlu effort untuk mengedukasi para penggunanya. Konfrontasi yang dinamis ini memicu inovasi sambil memastikan bahwa produk tetap berpegang teguh pada permintaan penggunanya.
Fokus yang Berbeda: Pengguna (User) vs Perangkat Lunak (Software)
Inti dari dikotomi terletak pada fokus kontras dari dua peran penting ini. Product manager berdiri teguh di sisi pengguna, tanpa henti mendorong fitur dan pengalaman yang beresonansi dengan audiens target. Di sisi lain, developer membenamkan diri dalam seluk-beluk pembuatan perangkat lunak, secara obsesif mengasah dan mengoptimalkan sistem. Bagaimana hasil dari dikotomi ini? Harapannya terbentuk sebuah produk yang secara mulus mengawinkan kebutuhan pengguna dengan teknologi mutakhir. Apabila kurang beruntung (dan biasanya ini yang terjadi), terbentuklah produk yang tidak sesuai kebutuhan pengguna dengan teknologi yang tidak mutakhir, dan produk pun jatuh dalam lubang kegagalan.
Dalam upaya memberikan hasil yang cepat, “technical debt” membayang-bayangi para pengembang produk. Developer yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi tenggat waktu dan meluncurkan produk, terkadang berkompromi pada kualitas kode atau pemeliharaan jangka panjang. Di sini, product manager harus waspada memainkan peran penting, bertindak sebagai penjaga terhadap akumulasi technical debt, memastikan bahwa setiap langkah menuju inovasi tidak secara tidak sengaja menghambat kemajuan di masa depan. [Penjelasan lebih lanjut tentang “Technical Debt” akan dibahas pada artikel yang lain, stay tuned yaaa…]
Pertikaian Korporasi: Developer vs Product Manager
Di dalam perusahaan mapan, tarik ulur PM vs Dev mengambil bentuk yang lebih terstruktur namun sama kuatnya. Sifat hirarkis organisasi sering menimbulkan benturan, tetapi justru friksi inilah yang dapat memicu inovasi. Sekali lagi, itu harapannya. Birokrasi dibuat untuk memastikan bahwa inovasi yang dilakukan mempertimbangkan segala kemungkinan dan di-acc oleh minimal dua topi. Topi PM yang berfokus kepada pengguna dan topi Dev yang berfokus pada tekonologi. Ada kalanya yang terjadi adalah sebaliknya. Birokrasi justru menyulitkan proses inovasi, PM sulit untuk fokus kepada pengguna karena menunggu acc dari tim Dev sedangkan Dev sulit fokus kepada teknologi karena menunggu acc dari para PM.
Seharusnya, PM mendorong Dev untuk berpikir dengan helicopter view sehingga bisa turut memikirkan pengguna. Dev pun berhak menantang PM untuk memahami seluk-beluk teknologi. Ketegangan yang seperti ini menumbuhkan rasa hormat yang sehat untuk keahlian masing-masing dan menumbuhkan environment di mana inovasi akan berkembang.
Harmoni dalam Konflik
Pada akhirnya, perselisihan antara visioner produk dan virtuoso teknologi merupakan katalis yang diperlukan untuk sukses. Impian CPO dan jajaran PM akan tetap menjadi impian tanpa adanya “si paling teknologi” yang mengubahnya menjadi kenyataan. Sebaliknya, kreasi para CTO dan jajaran Dev akan kekurangan arah dan tujuan tanpa bimbingan “si paling user sentris”. Keseimbangan yang harmonis harus dicapai untuk memanfaatkan potensi hubungan yang dinamis ini.
Dalam ekosistem pengembangan produk digital yang terus berkembang, sinergi pada dinamika ini antara developer dan product manager bukan sekadar konflik, melainkan wadah inovasi. Aksi tarik-ulur, ketegangan dan kontras, semuanya berkontribusi untuk menciptakan produk yang tidak hanya fungsional tetapi juga benar-benar transformatif. Seiring kemajuan dunia teknologi, benturan inilah yang memastikan yang terbaik dari kedua dunia, sehingga memunculkan solusi yang memenuhi kebutuhan pengguna sambil merangkul kemajuan teknologi terdepan.